KISAH YANG MENGAJARKAN KITA UNTUK BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA
┉━━━ ❁ ﷽ ❁ ━━━
Kisah yang mengajarkan kita untuk bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla
Imam Adz Dzahabi meriwayatkan dalam Siyar A’lamin Nubala
Hatim Al Asham -salah seorang tabiin besar- rindu ingin naik haji namun ia tidak memiliki biaya untuk naik haji, bahkan tidak bisa atau tidak wajib haji karena tidak mempersiapkan nafkah untuk keluarganya yang cukup bagi mereka.
Ketika tiba musim haji, Hatim terlihat oleh putrinya tampak sedih, dimana puterinya adalah anak yang salehah, lalu puterinya berkata, “Wahai ayah, apa yang membuatmu menangis?”
Hatim menjawab, “Musim haji telah tiba.”
Puterinya berkata, “Mengapa engkau tidak naik haji?”
Hatim menjawab, “Tidak ada biaya.”
Puterinya berkata, “Allah akan memberimu rezeki.”
Hatim menjawab, “Lalu bagaimana dengan nafkah kalian?”
Puterinya berkata, “Allah akan memberi kami rezeki.”
Hatim berkata, “Namun masalahnya sekarang dengan ibu kalian?”
Maka puterinya pun mendatangi ibunya untuk mengingatkannya.
Pada akhirnya, istri dan anaknya berkata, “Berangkatlah untuk naik haji, niscaya Allah akan memberi kami rezeki.”
Hatim kemudian meninggalkan untuk mereka nafkah yang hanya cukup untuk tiga hari, sedangkan dia berangkat naik haji dengan biayanya kurang, ia pun berjalan di belakang rombongan.
Di tengah perjalanan ketua rombongan terkena sengatan kalajengking, lalu orang-orang bertanya tentang orang yang bisa meruqyah dan mengobatinya, mereka pun mendapati Hatim, lalu ia meruqyahnya kemudian Allah menyembuhkannya segera.
Lalu ketua rombongan berkata, “Biaya berangkat Hatim dan pulangnya saya yang menanggung.”
Hatim berkata, “Ya Allah, ini adalah pengaturan-Mu, maka perlihatkanlah kepadaku pengaturan-Mu kepada keluargaku.”
Tiga hari pun berlalu dan habislah nafkah yang ditingggalkan Hatim untuk keluarganya, mulailah rasa lapar dirasakan mereka, keluarganya pun mulai menyalahkan puteri Hatim, namun puterinya hanya tersenyum.
Keluarganya berkata, “Mengapa engkau tersenyum, sedangkan lapar membuat kita hampir binasa?”
Puterinya berkata, “Ayah kita yang memberi rezeki atau yang makan rezeki?”
Keluarganya menjawab, “Yang makan rezeki, karena yang memberi rezeki adalah Allah Azza wa Jalla.”
Puterinya menjawab, “Yang makan rezeki sudah pergi, sedangkan yang memberi rezeki tetap ada.”
Saat puterinya terus berbicara kepada mereka, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, lalu keluarganya berkata, “Siapa di luar?”
Orang yang mengetuk pintu berkata, “Amirul mukminin meminta minum kepada kalian.”
Lalu diisilah tempat minum mereka, khalifah pun meminumnya dan merasakan segarnya minuman mereka yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Ia pun bertanya kepada para pembantunya, “Dari mana kalian membawa air.”
Mereka menjawab, “Dari rumah Hatim.”
Khalifah berkata, “Panggillah dia agar saya memberinya upah.”
Lalu disampaikan bahwa Hatim sedang naik haji, maka Amirul Mukminin melepas sabuknya yang terbuat dari kain yang mewah yang dihiasi permata, ia berkata, “Ini buat mereka.”
Ia pun berkata, “Siapa yang mau ikut andil denganku, (dengan ikut memberikan sabuk untuk mereka).”
Maka semua menteri dan pedagang melepas sabuknya untuk mereka, sehingga terkumpullah sabuk yang kemudian dibeli oleh seorang pedagang dengan harga emas yang memenuhi rumah sehingga cukup untuk menafkahi keluarga Hatim sampai wafat, dan ia mengembalikan sabuk kepada mereka,
Kemudian keluarganya pun membeli makanan dengan senangnya, sedangkan puteri Hatim menangis.
Ibunya pun berkata, “Keadaanmu sangat aneh wahai puteriku, kita sebelumnya menangis karena lapar, namun engkau malah tersenyum, namun ketika Allah telah menghilangkan penderitaan kita, engkau malah menangis?”
Puterinya menjawab, “Manusia yang tidak berkuasa menghindarkan bahaya dan memberikan manfaat –yakni khalifah- memandang kita dengan pandangan kasihan sehingga mencukupkan kebutuhan kita sampai wafat, lalu bagaimana dengan pemilik kerajaan (Allah Azza wa Jalla)?”
(Siyar A’lamin Nubala 11/487)
Teks Arab:
https://t.me/wawasan_muslim/20952
MH✍
Blog: http://wawasankeislaman.blogspot.com
Telegram:
https://t.me/wawasan_muslim