KISAH PENGGUGAH JIWA SEORANG PENGHAFAL AL QUR’AN BERKEBANGSAAN AMERIKA
Kisah Penggugah Jiwa
Seorang Penghafal Al-Qur’an berkebangsaan Amerika
📡 Kisah ini diterjemahkan dari Youtube Podcast Ayat berdurasi 1:47:39 lalu dipangkas mnjd 14 menit kisah Abdullah Muhyiddin
Syaikh Abdullah bin Muhammad Jarallah Hafidzahullahu Ta’ala
(Syaikh Muqri di Masjid Nabawi, murid Syaikh Ibrahim Al Akhdhar Hafidzahullah, sekaligus seorang dokter di salah satu Rumah Sakit di Madinah)
Beliau berkisah tentang keajaiban muridnya yang berkebangsaan Amerika ketika diundang di podcast Ayat
Abdallah Muhyiddin adalah seorang pemuda berkebangsaan Amerika, datang ke Madinah Munawwarah bersama keluarganya.
Ayahnya adalah seorang pengajar di Universitas Thayyibah, sedangkan ibunya adalah seorang perawat di Rumah Sakit Jantung di Madinah.
Mereka sekeluarga datang ke Madinah Munawwaroh dengan niat ingin bertetangga dengan Nabi shalaullahu’alaihi wassalam (berdekatan dengan Masjid Nabawi Asyarif) mereka rela meninggalkan gemerlap dunia (harta, tempat tinggal, dan kedudukan yg tinggi di masyarakat) hanya untuk menetap di Madinah.
Ketika awal datang ke Madinah, Abdullah masih kecil, namun ibunya memiliki perhatian penuh terhadap menghafal Al-Qur’an, karena ia tahu bahwa hal itu akan memudahkannya untuk mendidik anak-anaknya kelak. (Agar menjadi anak-anak yang shalih)
Oleh karena itu, ibunya sangat bersungguh-sungguh mendidik anak-anaknya untuk enghafal Al-Qur’an. Dengan taufiq dari Allah ta’ala anak-anaknya berhasil menjadi penghafal Al-Qur’an.
Ia memiliki 5 anak, 3 anak perempuan dan 2 laki-laki, 4 anak berhasil menghafal Al-Qur’an semasa ibunya masih hidup.
Saat Abdullah menghafal Al-Qur’an usianya masih 10 tahun. Lalu ibunya mengirimnya ke Maqraah di Masjid Nabawi.
Kemudian seseorang datang bersamanya kepadaku, dan mengatakan bahwa ini adalah Abdullah, sudah selesai hafalannya ( 30 Juz) ibunya ingin agar ia bisa membaca kepadamu.
Kemudian aku meminta maaf kepada yang mengantarkannya, karena saat itu ia masih kecil dan halaqah sangat penuh (banyak thullab yang antri ingin membaca kepada Syaikh Jarallah)
Akan tetapi Abdullah tetap datang ke halaqah setiap hari, dan masalahnya adalah ia selalu duduk di depanku (agak jauh, bukan berhadapan) Ia selalu datang setelah Ashar, padahal halaqah mulai setelah Maghrib.
Abdullah selalu menunggu waktu halaqah setiap harinya, sampai halaqah benar-benar selesai. Jadi Abdullah duduk di posisi yang mustahil pandanganku tidak melihatnya. (selalu terlihat)
Akan tetapi Abdullah tidak akan dapat giliran membaca, bahkan aku melarangnya dari membaca. Sebulan, dua bulan berlalu, (ia selalu hadir)
Suatu ketika aku pernah berkata padanya
“Lan taqra!”
(kamu tidak akan membaca kepadaku)
Karena thullab yang baca disini adalah yang sudah kami pilih dahulu.
Kemudian Abdullah menjawab:
“Aku tidak ingin membaca, aku hanya ingin mendengar Al-Qur’anul Karim, apakah aku tidak boleh mendengarkan Al-Qur’an?
Syaikh menjawab:
La!
(maksudnya tidak terlarang kalau hanya mendengarkan)
Berlalu bulan demi bulan, Abdullah tetap pada keadaanya (hadir di halaqah namun tidak membaca kepada Syaikh Jarallah)
Sampai suatu ketika aku pergi safar (sekitar sebulan lebih)
Kemudian Abdullah tetap hadir setiap hari di tempat yang sama, sampai salah seorang berkata kepadanya, Syaikh Jarallah sedang safar, jangan membenani dirimu untuk datang setiap hari, isirahatlah sejenak
Kemudian Abdullah menjawab:
سأظل أتي إلى هذا المكان و أتي حتى يقضي الله أمرا كان مفعولا
“Aku akan selalu datang dan selalu datang disini di tempat ini sampai Allah berkehendak (mengabulkan) suatu perkara”
Syaikh Jarallah: Aku melihat pada kalimat yang ia ucapkan merupakan salah satu pertolongan dari Allah ta’ala dalam perjalanannya bersama Al Qur’aan
Sebagaimana yang selalu kami sampaikan berulang-ulang dalam banyak pertemuan dan kami menyakini hal itu, bahwasannya barang siapa yang selalu meminta pertolongan Allah bersungguh-sungguh dalam perjalanannya bersama Al-Qur’an, dengan niat yg iklas karena Allah, pasti ia akan menggapai apa yang ia inginkan.
Tentu saja saat itu aku belum tahu cerita lengkapnya apa yang Abdullah lakukan selama aku safar dan apa yang ia ucapkan kecuali setelah itu ia bercerita padaku.
Kemudian setelah kepulanganku dari safar, aku datang ke masjid tanpa memberi tahu seorang murid pun, aku mengatakan pada diriku, siapa yang aku dapati saat itu dia akan membaca padaku.
Subhanallah, saat itu aku hanya mendapati Abdullah Muhyiddin saja di tempat itu.
Aku berkata pada diriku, kali ini tidak mungkin aku menolaknya lagi, inilah saatnya (aku menerimanya)
Saat itu aku panggil dia,
“Kemarilah nak, silahkan baca”
Saat itu bacaanya sangat lemah sekali
(mustawa dhoif/ masih sangat pemula)
Kemudian ia mendaftar di halaqah dan menjadi muridku,, selang beberapa waktu bacaannya masih tetap lemah (masih kurang bagus)
Akan tetapi ada suatu perasaan yang aneh, aku merasa mengapa aku sangat menyayangi anak ini, padahal ia baru saja belajar bersamaku bacaanya pun tidak terlalu bagus.
Maka saat itu aku tanyakan kpdnya,, maka ia bercerita (dgn cerita yang sebelumnya ketika syaikh bersafar)
MasyaAllah, lihatlah bagaimana Allah telah menolongnya, menjadikan anak ini yg awalnya, bahkan aku melarangnya untuk membaca padaku, seiring berjalannya waktu ia bersabar dan berdoa sampai menjadi murid yang paling aku sayangi, aku merasa aku sangat bertanggung jawab padanya.
Suatu ketika Abdullah tidak hadir di halaqah, ia menghilang tanpa kabar, sehari dua hari, sampai berlalu lima hari, aku selalu bertanya kepada yang lainnya, dimana Abdullah…
Suatu ketika Abdullah tidak hadir di halaqah, ia menghilang tanpa kabar, sehari dua hari, sampai berlalu lima hari, aku selalu bertanya kepada yang lainnya, dimana Abdullah…
Sampai akhirnya dihari yang kelima ia hadir di halaqah, aku bertanya padanya:
“Kemana saja engkau selama ini tanpa kabar wahai Abdallah?”
Abdullah menjawab:
“Ibuku wafat”
إنالله و إنا إليه راجعون
“Kenapa engkai tidak mengabarkan kami?” ujar Syaikh
Abdullah menjawab:
“Aku tidak tau”
Syaikh:
Sebenarnya yang terjadi adalah banyak pelajaran yang bisa kita ambil, yang paling utama adalah, Abdullah tidak berhenti dari Al-Qur’an, padahal ia diuji musibah besar oleh Allah ta’ala yaitu kematian ibundanya. Yang mana ibunyalah yang menjadi sebab segala kesuksesannya selama ini (yang selalu mendoakannya) hilang dari hadapannya sekarang. Bayangkan bagaimana ia akan melalui hari-harinya tanpa seorang ibu.
Kemudian terbesit olehku, untuk mengunjungi ayahnya, sesampainya disana, aku bertanya kepada ayahnya;
“Apa yang terjadi dengan ummu Abdallah?
Ayahnya menjawab; “ia terkena sakit yang tiba-tiba datang begitu saja, semakin hari keadaanya semakin memburuk.”
Hingga tiba saat kepergiannya, ia memanggil seluruh anak-anaknya dan berkata;
“Wahai anak-anakku, sekarang tibalah waktunya, aku mewasiatkan kalian untuk berpegang teguh diatas Al-Qur’an, jika kalian ingin kesuksesan dengan Al-Qur’an, jika kalian ingin mendapat taufiq dengan Al-Qur’an, dan jika kalian ingin membahagiakan aku (di alam kubur) adalah dengan berjalan bersama Al-Qur’an”.
Kemudian Ummu Abdalah mencium anaknya satu-persatu kemudian menghembuskan nafas terakhir dan wafat.
Ayahnya berkata:
“Saat itu aku menangis sejadi-jadinya seperti seorang anak kecil”
Syaikh melanjutkan: “ia merasakan kesedihan yang mendalam karena begitu besar rasa cintanya kepada istrinya”.
Sedangkan Abdullah,,
Tahu apa yang ia lakukan? ia mendekapku dan mencium kepalaku, padahal saat itu dia masih kecil (sekitar 10 tahun) dan berkata;
يا والدي اتق الله ألا تقرأ كلام الله؛ الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله و إنا إليه راجعون
Wahai ayah, bertakwalah kepada Allah, tidakkah engkau membaca firman Allah” mereka adalah orang-orang yang apabila diuji ia mengucapkan innalillahi wa inna ilai rajiun (semua ini hanyalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya)
Ayahnya berkata kepada Syaikh;
“lihatlah ia hanya seorang anak-anak sedangkan aku lebih dewasa darinya, harusnya kalimat itu keluar dariku tetapi Al-Qur’an telah menguatkannya”
Syaikh melanjutkan:
“Inilah bukti bahwa seorang anak yang di dadanya terdapat Al-Qur’an, maka Al-Qur’an menjadi penguat baginya yang mana lelaki dewasa pun tidak mampu menahannya”.
Dan Al-Qur’an inilah yang menjadikannya kembali ke dalam halaqah, dan yang menjadikannya lebih bertanggung jawab terhadap saudara-saudaranya. Ia membantu saudaranya lain, terkadang membantu membuatkan makanan dan lain-lain.
Tidak mungkin seorang yang masih belia mampu menahan ujian sebesar ini dengan hatinya dan dengan segala yang ia miliki, kecuali di dalam dadanya terdapat Al-Qur’an.
Dari sini kita ambil kesimpulan, bahwa Al-Qur’an adalah teman yang paling setia, yang akan menemanimu disetiap waktu bahkan disetiap keadaan yang kita lalui dengan syarat kamu jujur kepadanya yaitu dengan niat yang iklas karena Allah dan dengan mengamalkannya.
Ya, Abdullah melanjutkan perjalannya bersama Al-Qur’an meskipun ia kehilangan ibundanya.
Jelas sekali terlihat, tidak ada lagi yang memperhatikannya (seperti perhatian seorang ibu) dari raut wajahnya, dari penampilannya terkadang pakainnya kurang disatu sisi (terkadang pakai shemagh terkadang tidak) terkadang bajunya tidak disetrika dsb) akan tetapi Al-Qur’an telah menjadikannya indah (menghiasi) dirinya disetiap keadaan.
Suatu ketika Abdullah datang kepadaku, ia bercerita bahwa ia melihat ibunya di dalam mimpi, kemudian aku bertanya kepada ibuku: wahai ibu, dimanakah engkau?
Ibunya menjawab:
“Aku di surga” wahai anakku, kami (para penghuni surga) melihat banyak bangunan yang begitu megah dan elok, seperti sebuah istana yang sangat indah, mereka yang tinggal di dalamnya dapat melihat ke dunia, kemudian kami bertanya;
” milik siapakah istana-istana indah ini?” Kemudian dijawab:
“istana-istana ini adalah milik anak-anak kalian, jika mereka menghafalkan Al-Qur’an dan mengamalkannya”.
Ibunya berkata: ” Wahai Abdullah, jika kamu ingin selalu membahagiakanku dan membahagiakan dirimu sendiri, perhatikanlah nak, ini nyata, aku melihat dengan kedua mataku, berjalanlah diatas Al-Qur’an”
(yakni selalu berpegang teguh dengannya).
Syaikh melanjutkan: “Sejak saat itu, Abdullah selalu menjadikan kebahagiaan ibundanya menjadi tujuannya didepan matanya setiap hari. Dia selalu meniatkan amalan-amalan yang ia lakukan untuk membahagiakan ibundanya di alam kubur. Menurutku ini sangat ajaib sekali (mengagumkan).
Dan lihatlah bagaimana keberkahan Al-Qur’an menaungi ummu Abdullah dan keluarganya. Ibundanya berhasil melahirkan seorang Qari yang mutqin yang mana 2 bulan yang lalu ia berhasil meng-Islamkan sebanyak 3-4 orang. Abdullah bahkan mengirimkan kepadaku fotonya (sebagai bukti).
Perhatikanlah bagaimana seorang ibu yang mendapat keberkahan dari Al-Qur’an bahkan ketika ia sudah di dalam kubur. Bagaimana keberkahan itu menghasilkan anak yang berbakti kepadanya, bukan hanya anak yang berbakti yang selalu mendoakan dan memohon ampun untuk orangtuanya, akan tetapi anak yang juga menjadikan tujuan hidupnya sehari-hari adalah kebahagiannya ibundanya di alam kubur.
Perhatikan juga bagaimana keberkahan Al-Qur’an menghampiri Abdullah dalam setiap urusannya, sejak saat itu Abdullah selalu ceria, hatinya bahagia, segala urusannya berjalan dengan mulus, bahkan seolah-olah ibundanya masih hidup disisinya,
Hal yang lebih mengagumkan lagi adalah ketika Abdullah merasa rindu kepada ibunya, Allah ta’ala menjadikannya melihat ibunya di dalam mimpinya, jadi seolah-olah ibunya masih hidup bersamanya. Allah ta’ala bahkan tidak ingin Abdullah merasa kesepian dan bersedih. Setiapkali ia melihat ibunya di dalam mimpi ia selalu bercerita kepadaku dan meminta nasihatku.
Poin pentingnya adalah Abdullah melanjutlan kehidupannya dinaungi oleh keberkahan dari Al-Qur’an, dan ia berhasil membuktikan keagungan Al-Qur’an yang ia rasakan pada dirinya.
Alhamdulillah Abdullah telah menyelesaikan khatmah (tasmi’ Al-Qur’an 30 juz kepada syaikh)
yang pertama dan kedua dan akan terus berlanjut insyaAllah, sampai-sampai Syaikh Ibrahim Al-Akhdhar hafidzahullah mengatakan ,
“Sungguh aku tidak mengetahui bahwa ada orang yang lebih baik bacaanya dari sisi Al-Adaa selain Muhammad Muhyiddin” (artinya dialah yang paling baik adaa’nya)
Alhamdulillah, selesai terjemahan kisah Qari Abdullah Muhyiddin Al-Amriki hafidzahullah
Penerjemah ✍
الفقيرة إلى رضوانه
#copas dr Chanel tawbah institute
Terjemahan diambil dari video berikut:
https://youtu.be/k3V40sD_JVU?si=T1jPYQvoz9UQiMeQ
Diakhir video sosok Abdullah hafidzahullah sedang membaca Al-Qur’an.